TAK SELAMANYA KAYA ITU ENAK DAN BERKAH
Menjadi orang
kaya itu enak dan selalu menarik untuk ditiru. Tetapi hati-hati, tidak
selalu, orang kaya itu hidupnya berkah. Ketika kekayaan melimpah,
godaannya juga ikut naik. Ketentramannya bisa terusik justeru karena
kekayaannya. Terlebih bagi kalau kekayaan itu menyangkut harta warisan.
Di dalam lingkungan masyarakat Jawa tertanam pandangan bahwa harta
warisan itu halal namun panas. Kalau para ahli warisnya tidak kuat iman
dan tidak hati-hati menerima warisan, yang muncul justeru malapetaka.
muncul keretakan dan bahkan permusuhan antar keluarga.
Dalam alur cerita film-film koboi di Barat, sering terjadi perkelahian berebut harta karun. Pada mulanya mereka bersahabat ketika menelusuri jejak harta karun. Tetapi begitu harta karun telah ditemukan biasanya antar mereka saling bunuh. masing-masing puhak ingin mengklaim dan menjadikan sebagi pemilik tunggal karena dorongan nafsu keserakahan. Perebutan harta karun itu sekarang mungkin menjelma jadi perebutan jabatan birokrasi dan parpol. Karena dorongan sikap serakah, rakus dan mental keropos, banyak pejabat tinggi negara dan parpol lalu terjerat korupsi dan berurusan dengan penjara. Mental ini timbul akibat dimanjakan dengan kemewahan materi oleh orang tua serta proses pendidikan yang salah.
Kebiasaan menyontek dan curang sewaktu ujian adalah awal dari pengenalan korupsi seorang anak yang bisa terbawa sampai tua. Mental untuk selalu menjari jalan pintas sekalipun melanggar aturan pasti akan memudahkan timbulnya konflik di manapun berada. Fenomena mental lembek dan malas ini sudah lama menjadi perhatian sebagian generasi muda di Amerika Serikat. Tidak seperti generasi pendahulunya yang terbiasa hidup dengan kerja keras dan serba prihatin, generasi muda Amerika sekarang terlahir dan tumbuh dengan fasilitas hidup yang mewah sehingga membuat daya juang mereka lemah.
Oleh karenanya tidak mengherankan kalau diberbagai sekolah perguruan tinggi ternama yang menjadi bintang kelas adalah warga pendatang, baik kulit hitam ataupun orang Asia khususnya Vietnam, Jepang atau China. Mengapa begitu ? Satu sebabnya berkaitan dengan psikologi orang miskin yang memiliki motivasi untuk berprestasi jauh lebih besar ketimbang mereka yang hidup serba berkecukupan dan selalu memeroleh proteksi dari orang tua mereka.
Berdasarkan pengamatan sementara. Mahasiswa Indonesia yang belajar di luar negeri atas dana beasiswa, prestasi akademik serta moralnya lebih baik ketimbang mereka yang dibiayai orang tuanya sendiri. Mereka lebih tahan banting dalam menghadapi kesulitan hidup dibanding dengan mahasiswa yang datang dari keluarga kaya. Tentu ini bukan merupakan formula umum meskipun sulit dibantah kebenarannya. Problem rendahnya mitivasi untuk berprestasi ini juga melanda para pelajar mahasiswa di Tanah Air yang datang dari keluarga pejabat tinggi dan tergolong kaya raya. Tidak segan-segan orangtua membeli nilai kenaikan kelas atau kelulusan dalam ujian dari guru atau panitia ujian.
Sudah tentu jika krisis moral ini sudah diperkenalkan oleh orang tua sejak dari proses hulu kehidupan, maka sangat wajar jika krisis hilir yang muncul sulit dielakkan. Orang tua yang cinta pada keluarganya tentu tidak mau membawa harta dan uang haram ke rumah. Setiap orang mesti menginginkan anaknya berkembang lebih baik dan maju daripada dirinya. Tetapi harus diingat bahwa kebaikan dan kemajuan tidak selalu berupa melimpahnya materi dan kenyamanan hidup, tetapi hidup yang berkah yang membuahkan bayak amal saleh bagi diri dan orang banyak. Makanan dan harta haram yang dikonsumsianak-anak kita akan mengundang syaitan masuk ke aliran darah, sehingga mendorong mereka bertindak melawan kebenaran dan kebaikan.
Oleh karena itu, untuk membangun masyarakat sejahtera yang terbebas dari korupsi, mulailah dengan mengkonsumsi rezeki yang baik dan halal sehingga kita akan mewariskan generasi penerus yang unggul dan saleh. Ingat pesan Nabi Muhammad SAW ; "Janganlah kamu buat orang tuamu menderita akibat perbuatanmu yang tidak terpuji semasa kamu tinggal didunia". Konsep hidup berkah ini sangat fundamental bagi orang yang beriman. Bekerja yang berkah adalah mereka yang produktif dan bermanfaat dalam kerjanya, halal penghasilannya, dan ketika berakhir tidak mewariskan persoalan bagi diri, keluarga dan institusi tempat kerjanya. Kita pantas merenung. mengapa banyak pejabat pemerintah yang ketika berkuasa hidup mewah, namun berakhir penjara.
Ada lagi yang hidupnya mewah namun dari hasil korupsi. Sungguh menyedihkan jika ada orang yang bangga dengnan kekayaannya, tak lagi punya rasa malu diberitakan sebagai koruptor. Hidup macam apa yang akan dibanggakan di hadapan keluarga, masyarakat dan Tuhan jika seseorang tak lagi malu mengambil hak yang bukan miliknya.
Dalam alur cerita film-film koboi di Barat, sering terjadi perkelahian berebut harta karun. Pada mulanya mereka bersahabat ketika menelusuri jejak harta karun. Tetapi begitu harta karun telah ditemukan biasanya antar mereka saling bunuh. masing-masing puhak ingin mengklaim dan menjadikan sebagi pemilik tunggal karena dorongan nafsu keserakahan. Perebutan harta karun itu sekarang mungkin menjelma jadi perebutan jabatan birokrasi dan parpol. Karena dorongan sikap serakah, rakus dan mental keropos, banyak pejabat tinggi negara dan parpol lalu terjerat korupsi dan berurusan dengan penjara. Mental ini timbul akibat dimanjakan dengan kemewahan materi oleh orang tua serta proses pendidikan yang salah.
Kebiasaan menyontek dan curang sewaktu ujian adalah awal dari pengenalan korupsi seorang anak yang bisa terbawa sampai tua. Mental untuk selalu menjari jalan pintas sekalipun melanggar aturan pasti akan memudahkan timbulnya konflik di manapun berada. Fenomena mental lembek dan malas ini sudah lama menjadi perhatian sebagian generasi muda di Amerika Serikat. Tidak seperti generasi pendahulunya yang terbiasa hidup dengan kerja keras dan serba prihatin, generasi muda Amerika sekarang terlahir dan tumbuh dengan fasilitas hidup yang mewah sehingga membuat daya juang mereka lemah.
Oleh karenanya tidak mengherankan kalau diberbagai sekolah perguruan tinggi ternama yang menjadi bintang kelas adalah warga pendatang, baik kulit hitam ataupun orang Asia khususnya Vietnam, Jepang atau China. Mengapa begitu ? Satu sebabnya berkaitan dengan psikologi orang miskin yang memiliki motivasi untuk berprestasi jauh lebih besar ketimbang mereka yang hidup serba berkecukupan dan selalu memeroleh proteksi dari orang tua mereka.
Berdasarkan pengamatan sementara. Mahasiswa Indonesia yang belajar di luar negeri atas dana beasiswa, prestasi akademik serta moralnya lebih baik ketimbang mereka yang dibiayai orang tuanya sendiri. Mereka lebih tahan banting dalam menghadapi kesulitan hidup dibanding dengan mahasiswa yang datang dari keluarga kaya. Tentu ini bukan merupakan formula umum meskipun sulit dibantah kebenarannya. Problem rendahnya mitivasi untuk berprestasi ini juga melanda para pelajar mahasiswa di Tanah Air yang datang dari keluarga pejabat tinggi dan tergolong kaya raya. Tidak segan-segan orangtua membeli nilai kenaikan kelas atau kelulusan dalam ujian dari guru atau panitia ujian.
Sudah tentu jika krisis moral ini sudah diperkenalkan oleh orang tua sejak dari proses hulu kehidupan, maka sangat wajar jika krisis hilir yang muncul sulit dielakkan. Orang tua yang cinta pada keluarganya tentu tidak mau membawa harta dan uang haram ke rumah. Setiap orang mesti menginginkan anaknya berkembang lebih baik dan maju daripada dirinya. Tetapi harus diingat bahwa kebaikan dan kemajuan tidak selalu berupa melimpahnya materi dan kenyamanan hidup, tetapi hidup yang berkah yang membuahkan bayak amal saleh bagi diri dan orang banyak. Makanan dan harta haram yang dikonsumsianak-anak kita akan mengundang syaitan masuk ke aliran darah, sehingga mendorong mereka bertindak melawan kebenaran dan kebaikan.
Oleh karena itu, untuk membangun masyarakat sejahtera yang terbebas dari korupsi, mulailah dengan mengkonsumsi rezeki yang baik dan halal sehingga kita akan mewariskan generasi penerus yang unggul dan saleh. Ingat pesan Nabi Muhammad SAW ; "Janganlah kamu buat orang tuamu menderita akibat perbuatanmu yang tidak terpuji semasa kamu tinggal didunia". Konsep hidup berkah ini sangat fundamental bagi orang yang beriman. Bekerja yang berkah adalah mereka yang produktif dan bermanfaat dalam kerjanya, halal penghasilannya, dan ketika berakhir tidak mewariskan persoalan bagi diri, keluarga dan institusi tempat kerjanya. Kita pantas merenung. mengapa banyak pejabat pemerintah yang ketika berkuasa hidup mewah, namun berakhir penjara.
Ada lagi yang hidupnya mewah namun dari hasil korupsi. Sungguh menyedihkan jika ada orang yang bangga dengnan kekayaannya, tak lagi punya rasa malu diberitakan sebagai koruptor. Hidup macam apa yang akan dibanggakan di hadapan keluarga, masyarakat dan Tuhan jika seseorang tak lagi malu mengambil hak yang bukan miliknya.