Monday 28 March 2016

ZAMAN EDAN


Mengkambing hitamkn
zaman sbg zaman edan
kitalah yang mmbuat
nafsu serakah kita
tangan2 brdarah


Zaman sdh edan
orang saling nikam
maksiat & kejahatn
sudah merajalela
hilang malu & martabat

Edan ketemu edan
semua sdh trbalik
semua bertopeng
mmainkn akrobat

Tak kuat
nahan nafsu
ajakan setan

KITA


Stiap orang mmiliki
kpedihn & lukanya
dari buruh yg miskin
orang trkaya manapn
 

Smuanya punya ksusahn
& problem masing2


Kita hrs bisa brsyukur
atas apa yg tlh kita terima

Tdk perlu iri
pd siapapun
krn stiap orang
punya ksedihannya
masing-masing

Kalau kita mampu
brsyukur atas
apa yg tlh dberikn
ke pada kita

Kita pun akan
mnjd manusia
yg lbh bahagia

GURATAN


Setiap orang
memiliki guratan
guratan wajah
khidupannya sendiri


Dengan sayatan
yang telah menerpa
kita bertahun-tahun
membentuk diri kita
menjadi sebuah
kerut kartu keindahn
yang unik tersendiri

Mensyukuri apa yg ada
tdk perlu mnyamakan
Atau membedakan
dengan yang lain

TERKAPAR


Manisnya katamu
janjimu selangit
ku terlena

Kau campakkan
setelah kau dapat
ku tak menyangka

Kau sering
merendahkanku
dg sebelah mata

Aku bukan siapa2
kutercampakkan
dan ku terkapar

GA IRI


Dilapisan apapun kita
sebenarnya harus bisa
bersyukur atas apa
yang telah kita terima


Tidak perlu iri
pada siapapun
karen setiap orang
punya kesedihannya
masing-masing

Berdiri dimanapun
kalau mampu
bersyukur atas
apa yang telah
diberikn kepada kita

Maka kita pun akan
menjadi manusia
yang lebih bahagia

I'M SORRY


I'm sorry
semua kata2
& perilaku yg
kurang berkenan
menyakitkan hati mu


Ku tak tau
apa maumu
aku begini
aku begitu
serba salah

Semoga batin mu
benar2 bisa ikhlas
dan sepenuhnya
memaafkan ku

TIADA MAAF BAGIMU


Tiada maaf bagimu
pintu maaf sudah tertutup
perbaikan tinggal percuma
nasi sudah jadi bubur


Sangat susah memaafkan
sudah sedemikian fatal
perbuatan berlebih
melebihi batas

Kesempatan sudah
berkali2 bahkan berjuta2
tapi tetap saja berbuat
dendm benci terpelihara
berkarat sudah hati ini

MASA LALU


Secara tiba2
rasa kangen
masa-masa
perantauan
jauh dari ortu


Senasib
sepenanggungan
masa-masa
anak lepas
berkarya &
berkasar ria

Disinilah
penentu
jati diri &
menuju
kedepan

BERLALAI-LALAI


Senantiasa kita
berpacu dengan waktu
waktu bagai
pedang yang
sangat tajam


Yang dengan dasyat kan
menembus leher
manusia siapa saja
yang suka berlalai2
berteler-teler

Yang menghanyutkan
atom2 waktu
yang sangat berharga
dilautan mabuk
kesia-siaan &
noda dosa

WARNA


Malam tanpa bintang
duka itu kelabu
dari langit mndung
nan turun hujan


Cinta itu lbh oranye
dari flamboyan mekar
doa itu lbh putih
dari salju puncak
akhlak mulia lbh bening
dari embun mmbasahi daun2

Hati senantiasa trjaga
memegang teguh amanat
lebih indah
lebih harum
dari bunga2
aneka warna
ditaman surga

PEMBODOHAN


Kebodohan
pembodohn
kemiskinan
memiskinan
disekitar kita


Bakal sebagai
belukar sampah
di taman-taman
kehidupan kita

Kemalasan
kebodohan
kebakhilan
& kserakahan
bakal menjdi
belenggu
menjerat leher
merantai kaki
tangan kita

Memenjarakan
hidup kita
dalam nestapa
abadi

TIDAK SEMUA


Tidak smua orang
bisa mengerti
yang ku lakukan
pilihan yang kubuat
atau keputusan
yang ku ambil


Tapi tdak mengapa
ku yakin itu benar
jalani saja dengan yakin
besok lusa akan
banyak yang paham

BEBAS


Bukan orang
yang kuat
atau hebat

Tapi bisa
melepaskan sesuatu

Meski sakit hati
menangis,marah2
sebal sekali

Pada akhirnya
bisa tulus
melepaskan
Sudah berhasil
menaklukkan
diri sendiri

DENGAN PILIHAN


Pada awalnya
aku bangga
dengan pilihannya
Tapi pada akhirnya
Ternyata tidak
setia pilihanya
Saya sadar
dengan pilihan
tidak sepenuhnya
Karen yang tersulit
bukan mmilih
tapi bertahan
pada pilihan

KU SENDIRI



Merasa sendiri, sepi, sunyi, terasing, dan hampa tentu menyiksa. Tak ada teman, tak ada kepedulian. Dalam lagu-lagu cinta, sepi sendiri adalah tipikal derita orang patah hati. Manusia rupanya tak kuat hidup sendiri. Dia perlu teman untuk berbagi, bahkan lawan untuk berkelahi.
Namun, hidup manusia memang aneh. Orang yang kesepian, belum tentu sendirian. Pergilah ke mal. Di sana Anda akan bertemu ribuan orang. Sangat mungkin, tak seorang pun di antara mereka menyapa Anda. Cobalah naik bus umum di Jakarta. Ada banyak penumpang, bahkan berjejal, tapi tak seorang pun yang Anda kenal. Anda sepi di tengah keramaian. Para sosiolog menyebutnya ‘alienasi’.
Kesepian rupanya penyakit masyarakat urban modern yang hidup dalam ikatan-ikatan sosial yang longgar. Kota dihuni oleh rupa-rupa manusia dengan latar belakang etnis, agama, dan pekerjaan yang berbeda. Mereka datang ke kota terutama untuk mencari penghidupan. Semakin banyak orang, semakin tinggi persaingan. Persaingan melahirkan egoisme, dan egoisme melahirkan kesendirian.
Padahal, manusia modern jarang sendirian. Dia punya banyak teman di tempat kerja. Di jalan, dia berpapasan dengan banyak orang. Dia juga membentuk atau menjadi anggota organisasi, dari yang sifatnya sosial hingga partai politik. Dia berbicara tentang kepentingan bersama. Tetapi diam-diam, dia sebenarnya hanya berjuang untuk perutnya sendiri. Organisasi hanyalah alat bagi egoismenya.
Karena itulah, manusia modern haus akan obat hatinya yang sepi. Mulailah dia menciptakan teman dari benda-benda. Bermula dari koran yang menyajikan berita, lalu radio yang mengudarakan suara, televisi dengan gambar bergerak dan bersuara, hingga komputer dan internet. Benda-benda inilah yang menjadi temannya di kala sepi, yang menghadirkan orang tanpa tubuh yang dapat disentuh.
Setelah ponsel pintar diperkenalkan 2007 silam, rasa sepi itu seolah menemukan obat mujarabnya. Melalui benda ajaib itu, dunia dan seisinya seolah hanya berada dalam sentuhan jemari manusia. Di mana pun berada dan kapan pun suka, dia dapat menjalin komunikasi, menyambung silaturrahmi. Teman ada di mana-mana. Tak ada lagi alasan untuk kesepian. Dunia selalu siap berbagi untuk Anda!Menurut satu penelitian yang dikutip Jacob Weisberg (2016) dalam The New York Review of Books, orang Amerika rata-rata menghabiskan 5,5 jam sehari untuk media digital, dan lebih dari separuhnya dihabiskan untuk ponsel. Tiga perempat remaja usia 18-24 tahun mengaku langsung membuka ponselnya saat bangun tidur. Dalam sehari, orang rata-rata memeriksa ponselnya hingga 221 kali!
Tak dapat disangkal bahwa media sosial yang diakses melalui ponsel pintar telah banyak membantu manusia untuk berbagi berita, ilmu dan hiburan. Pertemanan lama yang mulai pudar bisa dibangun kembali. Jika media konvensional hanya menerbitkan tulisan, berita, foto dan video orang tertentu, media sosial tidak membatasi peluang itu. Siapa pun bisa unjuk diri, melalui tulisan, foto dan video.
Namun teknologi selalu berwajah ganda. Kita boleh senang dengan kebaikan-kebaikan yang diberikannya, tetapi kita juga harus waspada terhadap keburukan- keburukan yang diakibatkannya. Kita kiranya perlu menyimak hasil penelitian Sherry Turkle, sosiolog dan psikolog yang mengajar di MIT, Amerika Serikat, tentang dampak-dampak negatif ponsel terhadap kehidupan manusia.
Media sosial, kata Turkle, mengurangi kualitas hubungan antarmanusia. Komentar di media sosial, terutama dari akun tak jelas, cenderung kasar. Akibat ponsel, rasa empati juga menurun. Penurunan itu mencapai 40 persen di kalangan mahasiswa. Orang-orang berkumpul, tetapi tidak saling menyapa dan bercengkrama, bahkan di meja makan keluarga. Mereka sibuk dengan ponselnya masing-masing!
Pokok judul buku Turkle memang mengena: Alone Together (sendiri bersama-sama). Suatu ironi yang nyata. Meminjam istilah Ishak Ngeljaratan: mereka bersama, tetapi tidak bersesama. Untuk dapat berempati, manusia perlu berinteraksi langsung dengan manusia konkret, bukan melalui benda. Untuk memahami orang lain, sesekali orang perlu menyendiri dan merenung, melepas ponselnya.
Alhasil, kita perlu pengendalian diri dalam menggunakan ponsel. Tetapi ini tidak mudah. Ragam aplikasi media sosial seperti Facebook, Twitter, WhatsApp dan lain-lain, sengaja dibuat sedemikian rupa oleh pakar psikologi dan perilaku ekonomi, agar orang kecanduan. Ini soal duit. Makin banyak klik, makin banyak duit. Jika tak sadar, kita akan terperangkap. Kita akan sendiri bersama-sama!