Friday 26 February 2016

ANARKIS


Mnangis teriak2
ketdk adiln mrajalela
ksenjangn mnajam

Kbahagiaan tak lg
trlanda stres
tatanan yg lbh adil
blm trcipta

Kumandangkn kdamaian
pd kehidupn
bradab & brbudaya
adil sejahtera
& bebas merdeka

Anarkis kgelapn
yg brlapis2
buta mata,tuli telinga
mati hati nurani

Anarkis mnjerumuskn
kejurang neraka
penuh azab sengsara

TULISLAH


Hidup memang
dtulis dterjemahkn
seintens-intensnya

Smpai patah pena
smpai tuntas tinta
tulisknlh
smpai tak lg trsisa
ruang pd kertas

Prjalann ini
tak mngkn punya makna
jgn smpai waktu
trhanyut sia2
jgn smpai ruang trisi
suara2 sumbang

Tulis sgenap hikmah
Jgn smpai kcewa
ssama insan
mnerima khadirn ini

Tulis dlembarn2 hidup
brdenyut brsama
waktu dkehidupn

BIRU


Selalu biru
laut, awan
dan gunung
adalah hati


Yg selalu biru
adalah cinta
cinta yang
sbenar2nya cinta
bkn sekedar
gelora di dada

Yang selalu biru
adalh keindahan

Yang selalu biru
adalah keadilan
dan kebenaran
perjuangan suci
mnuju pmbaruan

Perubahan ke arah
khidupn yg lbh baik
dan lebih adil
adlh moralitas suci mulia
ksetiaan pd hati nurani
dan akal sehat

PERSAUDARAAN


Persaudaraan yg hangat
syahdu & mesra antara kita
yg sama2 mendambakan
suatu hidup kehidupan
yg lbh baik,indah&nyaman


Dimana hati slalu trbuka
untuk mnerima berkas
cahaya kebenaran

Tangan terbuka untk
trulur mwujudkn
rasa syukur
mringankn beban
yg lg mmbutuhkn

BELAJAR


Aku belajar melupakan
seseorang melupaknku
Aku belajar memaafkn
seseorang mnyakitiku

Aku belajar yg trbaik
sseorang mmprdayaiku

Aku belajar menerima
seseorang mmilih lain

Aku selalu belajar
seseorang mnggurui

Belajar
dan belajar

JGN TERTIPU


Jangan tertipu
dgn luarnya
tapi tolong
periksa kembali


Dengan teliti
dan seksama
agar tdk nyesel
dkmudian hari

Luaranya okey
tp dlmnya ancur
mngk apa kata orang
benar apa adanya
Jd prtimbangkanlh
jgn sampai gegabah
mnyesal emang dbelakang
ga ada nyesel didepan

Buka mata
buka telinga
buka hati
buka smua

MALAM


Menatap indahnya
malam hari ini
mresapi sang Hitam
yang kelamnya
selalu dinanti


Kehadiranya bagi
smua mahluk ddunia
Indah tak hrs putih
tapi yang mampu
mlengkapi hidup ini

LIKU & DERU


Hidup yang penuh
liku dan deru
harus jiwa baja
harus ktegarn iman
harus mantap langkah


Godaan duniawi
yang melelahkan
pesona lahiriah
yang penuh gebyar
menghadapi smua
tak bergeming atau
justru hanyut

Entahlah

JAUH


Ketinggian hati
kita akan jatuh
dgn sahabat
terlalu dekat
bisa malah jauh


Terlalu cinta
bisa datang rasa jenuh
mnggunung rasa benci
mmbuat hidup tak brarti
maka yg sedang2 sajalh
yang bersahaja saja
jgn berlebihan

Agar jiwa tetap terjaga
tdk trbuai diombak lalai
tidak hanyut diarus lupa

BERKELOK2


Jalan berkelok2
terjal & mendaki
jln masih panjang
Ini perjalanan
penuh liku & deru
kerikil tajam brcuatan
ssekali badai topan
brhempas-hempas

Hidup bagai
putaran roda
kadang diatas
kadang dibawah

Suka dan duka
silih berganti
ratap dan keluh
terus meraja

Optimislah
hindarkan segala
keputusasaan
Yang sabar
dan tawakal

HIDUP


Hidup dg bermakna
dg cinta kasih nan mulia
mnuntut ilmu slamanya
kerja keras pnuh sportivitas
dg semangat nan indah


Hidup dg mnebarkan
kasih sayang yg suci
mnjd rahmat bagi
semesta alam

Mnyemai prdamaian
menjalin kerja sama
mengelola hidup
sebaik-baiknya

Jangan sampai atom
waktu mlenggang sia2
jangan sampai hidup
terasing dari zikir
dan olah pikir

GELOMBANG


Aroma wangi bunga
adalah cinta
dan keindahan
cemerlang cahaya
adalah hati
dan kemerdekaan


Derai gelombang laut
adalah iman
dan kekhusukan
keluasan langit
adalah ibu
dan keagungan

Pijar terangnya bintang
adalah ilmu
dan kualitas peneliti

Tenang & gemuruh
alam semesta
yang luas dan dalam
adalah hati manusia
yg slalu mrindu cinta

KEHIDUPAN


Hidup itu indah
ketika getar2 cinta
suci mulia
membelai sukma
merasakan hidup
itu syahdu
ketika gelombang
rindu hadir mnderu


Hidup itu kaya
warna dan nuansa
penuh makna
berhiaskan
perhiasan2 bahagia

Kala disadari
hakikat kasih sayang
bahwa hidup ini
mrupakan amanat
yg mesti dijaga
hati khusyuk
menggapai ridaNya

Merajut salih ritual
dan saih sosial
sepenuh hati

TENANG


Tenang jiwa
krn ksengsaraan
lebih terjadi
krn jiwa yg sll resah
terlalu sukar
mnerima hidup
& ktentuanNya


Tanpa rasa ikhlas
jiwa acap dperbudak
oleh angan2 gemerlap
yg drangkai bagai
dongeng 1001 malam

Knp justru kudamba
ssuatu bkn hak
sedang keluh
membuat sulit
mnysukuri hal2
yg sederhana

Sederhana itulh
yang acap
mnentramkn jiwa
mnjd bayang surga
& tetes embun dini hari
bagi bathin
yg kerontang ini

TERSENYUMLAH


Disekeliling kita
jg mngkn sekali
mnyimpn cerita
kehidupan yg
tak trbayangkn
di benak kita


Mgkn ada air mata
dbalik stiap snyumanny
Mgkn ada kasih sayang
dbalik stiap amarahnya

Mgkn ada pengorbann
dbalik stiap ketdk pdulianny
Mgkn ada harapan
dbalik stiap kpedihanny

Mgkn ada tangis
dbalik stiap
derai tawany

Kita tak pernah tahu
sisi2 gelap itu
Trsenyumlh
Krn senyum itu
mmpu mmbasuh
stiap luka

BERSYUKUR


Kita menjadi manusia
yg mmiliki rasa maklum
yg luas & bersyukur
dg apa yg tlh dberikn
dalam hidup ini


Kita bkn satu2nya
manusia dg
sgudang masalh

Tersenyumlah
Krn senyum itu
mmpu mmbasuh
stiap luka

Maafkanlah
Krn maaf itu
mmpu mnyembuhkn
smua rasa

TERTAWALAH SEBELUM DILARANG


Lelucon yang menertawakan diri sendiri sudah barang biasa. Saya kadangkala juga melakukan hal tersebut. “Terima kasih telah mengundang orangutan (orang yang berasal dari hutan Kalimantan) seperti saya untuk acara ini,” kata saya di beberapa acara perkumpulan pengusaha.
Prasangka atau stereotip antarsuku, etnis, agama dan identitas lainnya adalah wajar. Sebagian dari prasangka itu tercipta melalui pengalaman atau (salah) informasi. Stereotip tidak sepenuhnya benar, tidak pula sepenuhnya salah. Karena itu, stereotip hanya akan berbahaya ketika ia dianggap sebagai ciri-ciri budaya yang hakiki, tetap dan berlaku untuk semua orang dalam kelompok identitas tertentu.
Reaksi orang Kalimantan terhadap stereotip orang luar itu beragam. Ada yang menerima, menolak atau tidak peduli. Sejauh pengamatan saya, saat ini ada dua sikap yang menonjol, khususnya di kalangan orang-orang terpelajar. Pertama, mereka yang berusaha menunjukkan bahwa orang Kalimantan itu setara dengan suku lain di tingkat nasional. Kedua, mereka yang berusaha menggali khazanah budaya lokal.
Kita tentu turut berbangga jika ada warga Kalimantan yang berhasil menjadi ‘tokoh’ di tingkat nasional. Sayangnya, ketokohan kadang diartikan secara sempit, yaitu menjadi pejabat, artis atau pengamat di media nasional. Kalau sudah ada yang diangkat jadi menteri, tampil jadi peserta kontes dangdut atau sesekali diwawancarai televisi nasional, seolah ‘orang kita’ sudah berhasil menjadi tokoh nasional.
Di sisi lain, usaha-usaha para budayawan menggali khazanah kearifan lokal patut sekali diapresiasi. Banyak nilai-nilai moral dan spiritual yang amat berharga, yang terkandung dalam tradisi lokal, yang perlu dipelihara dan dikenalkan kepada generasi muda. Begitu pula, aneka produk budaya seperti sasirangan, musik panting, ragam kue dan makanan, hingga kesenian Islam lokal, perlu dilestarikan.
Tetapi jika tidak berhati-hati, menggali tradisi lokal bisa berubah menjadi memuja masa lampau atau mendewakan suku sendiri. Padahal, masa lalu suatu masyarakat tentu tidak semuanya putih bersih tanpa noda. Sikap kritis dan objektif sangat penting dalam melihat sejarah. Begitu pula, rasa terikat kepada identitas suku atau identitas apa pun, jika berlebihan, akan gampang mencederai keadilan.
Karena itu, kritik terhadap budaya lokal perlu dilanjutkan. Misalnya, sebagian orang Kalimantan kurang tertib berlalu lintas, konon karena nenek moyang mereka terbiasa dengan jukung (sampan) yang tak ada remnya. Budaya politik Kalimantan lebih dekat kepada budaya dagang yang cenderung pragmatis. Karena itu, konon politik transaksional dan kesepekatan diam-diam di belakang publik sering terjadi.
Kritik budaya tentu tidak hanya perlu di tingkat lokal, tetapi juga di level nasional. Namun bagi Emha Ainun Nadjib, orang Indonesia itu sebenarnya rendah hati, laksana padi berisi yang merunduk. Kita kirim TKI ke luar negeri agar kita dikira miskin. Padahal, kita hanya ingin membantu pembangunan bangsa lain. Kita pura-pura krisis ekonomi, padahal mal, hotel dan restoran kita tetap ramai. Dalam kompetisi olahraga melawan bangsa lain, kita juga suka mengalah. Mengalah itu mulia.
Kata Emha, bangsa Indonesia ini sudah maju sehingga mereka tidak perlu lagi mengejar kemajuan. Saking makmurnya Indonesia, pemimpin yang buruk pun bisa membuat rakyatnya tenang. Bangsa kita adalah bangsa yang paling suka tertawa meskipun hidupnya penuh derita. Bangsa kita pandai melantunkan cengkok lagu apa pun, dan bisa menikmati lagu patah hati dengan tetap bergoyang.
Saya terpingkal-pingkal membaca tulisan Emha. Saya tertawa sebagai orangutan sekaligus orang Indonesia. Saya menertawakan diri sendiri.