Monday 14 December 2015

GURU


Pahlawan tanpa jasa
sumber ilmu,kedisiplinan
akhlak,kewibawaan
kini telah lewat masa itu


Ajaran & didikan mereka
telah memberikan
manfaat yg luar biasa

Semoga Allah memberiakn
kalian semua pahala
yang setimpal

Jika ada yang telah
meninggalkan dunia
ilmu kalian akan
menjadi amal jariah

Kebaikan yang kami lakukn
berdasarkan ilmu yang kalian
ajarkan akan menjadi
doa bagi kalian
bahagialah di surga

BUSUK


Bagai bangkai
kau simpan
& kau gadaikn
tetap saja busuk


Panggung sandiwaramu
tidak akan memudarkan
kenangan terdahulu
percuma sajalah

Awan gelap menutupmu
kau rias sangkar emas
tapi dalamnya bangkai
maka akan tercium busuk

sudahlah
ga ada jalan terbaikmu
apa lagi dengan cara busukmu
maaf sampai disini saja

AKU DISINI


mungkin kau
tidak percaya
akan kepradaanku 
keadaanku dsini

aku tidak kemana2
dan ada dimana2
tidak usah resah
& tidak usah bingung

tetapi ku bukan
untuk mu saja

TERKAPAR


kenapa dunia
mnghukumku
dg trsingkinya
kepradaan aku


aku harus gmn
akankah ku hrs
menyerah dsini
hrskh hengkang

untk apa ku disini
sdg ku hny sbntar
menikmati yg ada
tp ganjaran begitu
amat besar bagiku

sampai disini
hapuslah aku

DALAM TIDURMU


Kau bgtu menanggung
beban yang amat berat
sedangkan kau seharusnya
masih dalam kesenangan

tapi kehidupan
telah mengajarkan
untuk menanggung
kehidupan berat ini

Memandangmu waktu
tidurmu dalam keresahan
& kegelisahanmu
belum waktunya untuk
menanggung semua

Tapi kau bisa melewati
semua terlewatkan
& kau begitu kokoh
& tegar menghadapi
ku bangga denganmu

Semoga tidak terpengaruh
Segala hal yang ga baik
& kedepanya selalu
dalam bimbinganNya

GAME OVER


Merana dalam kelam
tertunduk kaku
berpijak awan
melayang


Terombang ambing
tak tentu arah
tercabik2
terlena

Tersesat dalam kabut
gelap gulita
tersungkur
tertatih2

Game over

DAMAI


Mnggapai sang surya
seluas cakrawala
sedalam samudra
jiwa insan berjalan


Damailah hati
tentralah sanubari
pasrah sepnuh hati
tiada lain hanya satu

MET PAGI


Daun2 sambutn
embun pagi hari
yg jernih & mnyegarkn
yg brkilat bagai kaca


Rindu hujan pnjang
mmanggil hujan turun
subur tanah2 rekah
gersang & tandus

Inilah nikmat hati
mresapkn hening & bening
mnghayati ksetiaan
dan kesejatian

Gairah mmaknai hari esok
brsama pnghayatn batin
seiring tiupan angin
tak kunjung henti

MALAM TADI


Memandang langit gelap
menyapa angin mlam
& menari bersama
bintang-bintang


Ditemani para nyamuk
dan jangkrik-jangkrik
Hanyut dalam kegelapan
pagi ini terasa malam

Mendung mengundang
entah apa yang dibuat
Pasrah-pasrah
dan sepasrahnya

OH TRUMP

KITA baru saja menjalani pesta demokrasi. Dan, kita bersyukur pesta pemilihan kepala daerah secara umum berlangsung aman dan lancar. Terlepas apakah nantinya dari pesta itu memunculkan sengketa, namun kitabersyukur berjalan lancar, meski memiliki banyak kekurangan di sana-sini.
Siapa pun yang terpilih sebagai penguasa di satu wilayah, itulah yang memang dikehendaki dan dipercaya oleh rakyat. Tinggal bagaimana para penguasa yang terpilih nantinya benar-benar menjaga kepercayaan yang diberikan oleh rakyat. Tidak kemudian menjadi lupa daratan ketika sudah duduk di singgasana mewah. Rakyat tidak menginginkan para pemimpin baru seperti penguasa sebelum-sebelumnya –yang hanya perlu sesaat suara mereka guna memenuhi ambisi berkuasa. Di tengah kemeriahan ‘pesta kecil’ di negeri ini, ada ‘pesta’ lain di negara adidaya. Ya, Amerika Serikat kini sedang mencar calon pemimpin baru untuk menggantikan Presiden Barack Obama menempati Gedung Putih –yang awal 2016 ini jabatan dua periodenya berakhir.
Salah satu kandidat presiden dari Partai Republik, Donald Trump dalam salah satu kampanyenya, Senin (7/12) menyerukan pencegahan total dan menyeluruh orang-orang Muslim memasuki Amerika Serikat. Pesan Trump itu muncul terkait penembakan massal di California yang dilakukan simpatisan ISIS. Publik dunia pun geger atas pernyataan kontroversial Trump. Masyarakat muslim di berbagai belahan dunia mengecam, dan menyebut pemilik Trump Organization itu sebagai orang gila. Lawan Trump dari kubu Republik, Jeb Bush, mengecam keras dan terang-terangan menyebut Trump memiliki masalah mental serius.
Tidak ketinggalan para calon presiden yang sedang bertarung memperebutkan tiket ke Gedung Putih menyuarakan hal yang sama. Mereka mengecam keras seruan Trump untuk melarang umat Muslim masuk ke Amerika Serikat. Calon presiden dari Partai Demokrat, Hillary Clinton dengan ketus menyebut Trump sebagai sosok pemecah belah, penuduh yang tidak layak dipercaya.
Pernyataan sangat berbau rasis Trump itu tentu sesuatu yang merugikan bagi Amerika Serikat. Sebagai bangsa besar, Uncle Sam memiliki ketergantungan terhadap negara-negara Islam. Bagaimana kalau kemudian negara-negara Islam melarang orang-orang Amerika masuk ke sana.
Publik dunia sepakat aksi-aksi terorisme, separatis atau apa pun sebutannya adalah tindakan yang tidak bisa dibenarkan. Aksi brutal penembakan disertai pemboman di Paris, baru-baru ini, dan penembakan yang menewaskan belasan orang di California, bukan berlandaskan ajaran-ajaran Islam.
Kita melihat apa yang yang dinyatakan Trump bukanlah suara dari rakyat Amerika. Melainkan suara dari seorang Trump yang memang penuh kontroversi dan ambisi. Indonesia sebagai negara dengan mayoritas umat Islam terbesar di dunia, tentu tidak perlu berlebihan menanggapi pernyataan Trump. Kita cukup menilai sedemikian picikkah seorang entrepreneur seperti Trump melihat dinamika dunia dengan cara pandang yang kolot.

KUTUKAN STATUS



Suatu pagi, Januari 1993 silam. Saya disambut oleh seorang teman yang sudah duluan kost di depan sebuah kost yang akan saya sewa di kawasan kleben witobrajan Jogja. Pria itu membantu mengangkat satu koper saya ke kamar . Dia tampak berjuang menyandang beban koper itu.
“Apa isi koper ini, kok berat?” tanya teman saya.
“Buku dan baju saya,” kataku.
“Oh, pantas. Sebagai intelektual, Anda terkutuk oleh buku,” katanya. Kami pun tertawa.
Ungkapan ‘terkutuk oleh buku’ memang sarat makna. Seperti kutukan, buku seolah keburukan yang tak dapat ditolak bagi kaum terpelajar. Selain berat dibawa, buku perlu tempat. Saya kenal seorang cendekiawan yang rumahnya penuh buku, dari lantai satu hingga empat. Begitu pula, sudah biasa jika ruang kantor seorang profesor di universitas terkemuka menjadi sempit gara-gara dipenuhi buku.
Tetapi bagi pribadi cendekiawan itu sendiri , buku bukan laknat, tetapi rahmat, bukan kutukan, tetapi kebaikan. Buku adalah sahabatnya di kala sepi, jawaban atas aneka persoalan, penghibur hati yang lara, dan pembimbing di kala kebingungan. Karena itu, tak heran jika seorang cendekiawan tidak bisa lepas dari buku. Kemana pun dia pergi, dia selalu membawa buku, membeli buku, dan menulis buku.
Di sisi lain, minat masyarakat kita pada buku masih rendah, termasuk di kalangan mahasiswa, guru dan dosen. Orang lebih suka beli ponsel ketimbang buku, lebih suka menjiplak ketimbang mengarang sendiri berdasarkan buku-buku yang dibaca, lebih suka meminjam buku perpustakaan ketimbang membeli sendiri. Bahkan ada yang pinjam buku perpustakaan, bertahun-tahun tak dikembalikan.
Minat pada buku lahir dari minat baca, dan minat baca lahir dari minat pada ilmu. Minat baca laksana cinta. Cinta lahir dari ketulusan, bukan paksaan. Cinta buku lahir dari cinta akan ilmu.
Sedangkan cinta ilmu lahir dari kesadaran akan pentingnya ilmu bagi kehidupan. Orang yang terpaksa apalagi dipaksa membaca buku hanya karena ingin lulus ujian, tidak akan mencintai buku, apalagi ilmu.
Mencintai ilmu laksana mencintai kekasih. Anda mencintai sang kekasih, karena dia dapat membuat hidup Anda bermakna dan berharga untuk dijalani bersama. Orang yang membaca buku penuh cinta dan gairah, adalah orang yang membaca untuk hidupnya. Ia membaca untuk mencari jawaban atas aneka pertanyaan dalam hidup ini. Membaca baginya adalah suatu pencarian dan pergumulan diri.
Membaca untuk hidup juga berarti membaca untuk kesenangan dan wawasan. Membaca tulisan yang menghibur dapat membuat hidup yang sepi menjadi berisi.
Membaca tulisan yang memberi banyak informasi, akan membuka hati, wawasan dan pikiran . Bahkan, menurut HAMKA, membaca cerita-cerita sedih, dapat mendorong seorang pendosa bertobat dan berbalik menjadi baik.
Kini kita hidup di era ledakan informasi. Setiap ledakan akan membuat kejutan. Koran, buku hingga majalah sudah diterbitkan dalam bentuk elektronik. Orang tak perlu lagi takut pada ‘kutukan’ buku yang berat dan menuntut tempat. Berkat teknologi informasi dan komunikasi yang canggih, kini tiap orang bisa membaca kapan pun dan di mana pun ia berada tanpa harus menenteng buku.Dunia serba elektronik ini ternyata bermuka dua. Dia dapat mendorong minat baca, cinta ilmu dan cinta buku, tetapi dapat pula sebaliknya.
Tak sedikit orang yang hanya suka membaca status kawan-kawannya di media sosial ketimbang membaca artikel opini, kolom, apalagi artikel jurnal ilmiah dan buku.
Membaca hanyalah pengisi waktu luang, untuk tujuan-tujuan sesaat dan instan.
Saya khawatir, jangan-jangan membaca tulisan-tulisan instan di media sosial itu justru berbuah kutukan. Apalagi jika informasi yang dihadirkan malah menista dan memupuk kebencian kepada orang atau kelompok tertentu. Tak jarang pula sumpah serapah dan kata-kata kasar diumbar tanpa malu. Membaca tulisan-tulisan semacam itu bukannya mencerahkan, tapi menggelapkan hidup.
Membaca adalah aktivitas penting dalam hidup manusia. Sebagaimana perbuatan lainnya, membaca dimulai dengan niat, yakni dorongan dan tujuan yang ingin dicapai. Niat yang baik dapat melahirkan perbuatan baik, dan niat yang buruk akan berbuah buruk. Tanpa niat, perbuatan akan netral, tak bernilai. Membaca dengan cinta, hanya akan lahir dari niat mengisi dan memperkaya makna hidup.

MUAK


Suara riuh
& tak bisa diam
tentang cuaca yg kini
tlh kupaksa

keluar dari mimpi

yg berlari
yg segera pergi
ruang2 kosong
tak terisi
tidak debu
bahkan tdk sunyi

mngp kau msh di sini
tdkkah kau ingin sendiri
yg kau selalu inginkan
tak kan pernah dptkn
takkh kau merasa

didera mual
takkh kau merasa
didera muak

lepas segala
yg kau inginkn
lepas segala
yg kau dptkan

SENYUMAN


Hadapi dg senyuman
senyumku bkn brarti
hidupku tidak sulit
tp aku mnghadapi
semua kesulitan


Aku mungkin tidak
permudah masalah
tp bisa menguatkn
diriku hadapi smua

KADANG KALA


Tdk slamanya hidup indah
kdang mlalui derita
Ttpi kita tahu bhw

DIA tdk prnah mninggalkn
sbb itu perlu belajar
mnikmati hidup dg brsyukur

Tdk smua yg

Diharapkn mnjd knyataan
kdang mmbelokkn rencana

Ttpi kita tahu bahwa itu
lbh baik dari yg kita rncanakn
sbab itu kita belajar
mnerima smua itu dg ikhlas

Tdk ada kejadian
yg perlu dsesali
krn smua rencanganNYA
yg akn indah pd waktuny

TETESAN


Biarkanlah aku
berjalan sendiri
Biarkn belajar dari
sbuah kekecewaan


Aku berterima kasih
kamu sudah sempat
mnghiasi ruang hatiku
Maafkanlah aku

karena aku
kamu sempat
mneteskn air mata

Aku tahu
sekecil apapun
tetesan itu
sangatlah berharga
bagimu

& seberapa besar
ruang itu
tuk mampu mnampung
air mata itu

BUKAN APA2


aku bkn apa2
aku bkn berjalu
aku bkn bersenjata
aku bkn berijazah


aku bkn brpangkat
aku bkn berharta
aku bkn semangat
aku bkn pejantan

tdk punya njali
tdk punya hati
tdk punya etika

tdk punya moral
tdk punya harta
tdk punya apapn

MASIH MUDA


Delapan puluh tujuh tahun yang lalu, 28 Oktober 1928 Mohammad Yamin mengemukakan resolusi elegan dalam sebuah Kongres Pemuda II. Resolusi itu ia sampaikan tidak lama sebelum sesi akhir dalam kongres tersebut. Dalam secarik kertas ia rumuskan ikrar pemuda yang kemudian dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Sumpah yang memberikan makna pesatuan kaum muda dalam proses perjuangan kemerdekaan.
Dalam kontruksi kekinian sumpah (pemuda) itu mesti dimaknai lebih dalam. Sebab, perjuangan kaum muda bukan lagi memerdekakan bangsa ini dari penjajah, melainkan membebaskan bangsa ini dari kehilangan optimisme untuk menjadi bangsa yang besar.
Romantisme bangsa ini dengan kaum muda yang memberikan napas optimisme begitu indah. Kalau kita ingat, Boedi Oetomo yang diyakini sebagian besar orang sebagai penanda fase modern perjuangan kemerdekaan merupakan organisasi yang dilahirkan oleh kaum muda. Bahkan, belakangan hari lahirnya Boedi Oetomo itu diperingati sebagai hari kebangkitan nasional.
Selain Boedi Oetomo banyak organisasi pergerakan yang dimotori oleh kaum muda. Misalnya Perhimpunan Indonesia yang pernah dipimpin oleh Moh. Hatta ketika ia berusia 24 tahun. Algemeene Studie Club (ASC) yang didirikan oleh Sukarno pada 1926 atau ketika ia berusia 25 tahun.
Kaum muda yang mempimpin pergerakan kemerdekaan Indonesia itu belakangan kita kenal sebagai proklamator kemerdekaan. Kendati saat mereka menjadi proklamator kemerdekaan usia mereka tak lagi muda. Namun bagaimanapun sejarah di Republik ini mencatat sebelumnya mereka adalah kaum muda yang memberi napas optimisme pada bangsa ini.
Pascarepublik ini merdeka, kaum muda masih menjadi bagian dari upaya perbaikan bangsa ini. Misalnya, ketika reformasi, gerakan mahasiswa yang menjadi representasi kaum muda juga hadir untuk menghadirkan pemerintahan yang lebih baik. Karenanya, hari ini dan masa-masa datang, kaum muda mesti hadir membawa optimisme itu.
Optimisme kita sebagai bangsa untuk bisa menjadi besar tak jarang diganggu oleh sikap pesimistis. Tak jarang kita kehilangan optimisme bahwa pertumbuhan ekonomi kita di tengah krisis global bakal membaik. Kehilangan optimisme korupsi bisa kita lawan, bahkan kita tampaknya (hampir) pesimis melawan bencana kabut asap yang dalam beberapa bulan ini menyelimuti sebagian wilayah republik ini. Oleh karena itu kaum muda harus hadir memberi gagasan, memberi napas pada optimisme.
Kaum muda adalah orang-orang yang sejatinya mampu menawarkan harapan-harapan baru dengan inovasi yang penuh manfaat. Terlebih dalam masa-masa dimana bangsa ini perlu kaum muda yang kreatif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, menguatkan pemerintahan yang baik, menguatkan penegakan hukum dan lain sebagainya. Kaum muda ditantang tidak hanya kritis terhadap suatu persoalan tapi mampu menawarkan solusi.
Tanggung jawab dan peran aktif kaum muda di berbagai dimensi dalam upaya pembangunan nasional diatur dalam kerangka hukum nasional melalui hadirnya UU Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan. Undang undang ini dihadirkan guna menata dan mengatur pembangunan nasional kepemudaan yang berorientasi pada pelayanan kepemudaan. Oleh UU itu pelayanan kepemudaan diartikan sebagai penyadaran, pemberdayaan, dan pengembangan kepemimpinan, kewirausahaan serta kepeloporan pemuda. Dengan begitu, kaum muda (terlepas dari perdebatan batasan usia pemuda) diamanahi untuk membangun kreativitas dan inovasi untuk turut ambil bagian dalam pembangunan nasional.
Memberi Optimisme
Permasalahan bangsa ini tentu tidaklah sedikit. Dalam berbagai bidang bangsa ini dihadapkan pada tantangan perbaikan, terlebih angka kepuasan publik kepada pemerintahan ini relatif rendah. Kaum muda mesti merespons masalah ini dengan tawaran solusi. Di bidang ekonomi misalnya, kaum muda mesti hadir membangun ekonomi kreatif. Di bidang hukum dan pemerintahan, kaum muda yang ada dalam tubuh institusi itu mesti hadir sebagai aktor reformasi hukum dan birokrasi.
Kehadiran kaum muda dalam merespons setiap permasalahan akan memberi optimisme pada republik ini. Hal ini bisa kita lihat dari kehadiran kaum muda dalam upaya pembangunan ekonomi Indonesia. Kita bisa lihat bagaimana ekonomi digital kita dimotori oleh kaum muda. Pasar ekonomi digital seperti Go Jek, Traveloka, Tokopedia dan Kaskus, merupakan hasil inisiasi kaum muda kreatif di republik ini.
Di bidang pemerintahan, kita bisa lihat banyak kaum muda yang hadir menjadi pemimpin pada pemerintahan daerah. Misalnya kita bisa lihat di Tanah Jawa ada Ridwan Kamil dan Tanah Kalimantan kita bisa Mardani H Maming. Kehadiran pemimpin muda tersebut membawa angin segar bagi birokrasi.
Di Kota Bandung Ridwan Kamil dikenal sebagi wali kota yang kreatif. Ia dikenal melahirkan ide-ide yang mampu mendorong masyarakat Kota Bandung menjadi masyarakat yang memiliki akar lokal yang kuat dengan pemikiran yang global.
Begitu pula Mardani H Maming. Semasa menjadi Bupati Kabupaten Tanahbumbu, ia dikenal punya gagasan yang kuat dalam membangun kesejahteraan masyarakatnya. Misalnya ia menginisiasi program dana pembangunan desa sebesar Rp 1 miliar per desa per tahun. Kehadiran dua pemimpin muda itu memberikan kita makna baru sumpah pemuda. Bahwa kendati mereka berkarya di tanah yang berbeda, karya mereka sejatinya untuk satu tujuan yakni tanah dan bangsa Indonesia.
Kehadiran-kehadiran kaum muda dalam bidang-bidang strategis itu memberikan kita optimisme. Dengan demikian kita mesti terus mendorong peran kaum muda untuk turut mengambil tanggung jawab dalam upaya pembangunan nasional. Semoga peringatan Sumpah Pemuda tahun ini menjadi pelecut kita (kaum muda) untuk berkarya dan memberi opimisme pada bangsa ini. Wallahualam bi sawab.

Sunday 13 December 2015

JOGJA KOTA KENANGAN

K enangan atau memori adalah salah satu anugerah Allah dalam hidup manusia.
Paling tidak, itulah yang saya rasakan saat mendarat di Yogjakata, dulu sekitar tahun 1992 . Ada yang berubah, ada yang masih tetap seperti dulu. Itulah watak kehidupan fana ini.
Udara panas dingin seperti permen saja hehehe , terasa menggigit tetapi segar, sangat kontras dengan cuaca panas bercampur asap di Kalimantan dan Sumatera tapi hampir sama dengan Bamjarnegara tanah kelahiran saya.
Pemandangan sepanjang jalan menuju kota tampak seperti dulu. Terlihat hamparan hijau tanah pertanian, pepohonan dengan daun menguning , kanal, sungai dan rumah-rumah penduduk, yang tersusun rapi.
Kota ini, memang dikenal sangat teratur, lebih-lebih infrastrukturnya. Misalnya, jalan secara jelas dibagi tiga jalur: untuk mobil, sepeda dan pejalan kaki.
Tiba di kota, saya melihat hanya sedikit perubahan. Beberapa toko lama masih ada, tetapi sebagian diganti yang baru. Di tengah terminal baru ini, ada sejumlah meja dan bangku kayu untuk orang-orang duduk beristirahat.
Dulu, ruang tengah ini kosong. Masih seperti dulu, di samping terminal baru, ada parkir sepeda .
Karena membawa barang cukup berat, saya memutuskan naik taksi menuju rumah teman . Sopir taksi adalah orang asli jogj a. Kami hanya sedikit basa-basi, dan akhirnya sampai di tujuan.
Sambil minum teh dengan pemilik rumah tema n, saya masuk kamar dan berkemas. Rasanya sudah tak sabar lagi ingin melihat kampus . Setelah berjalan kaki kurang lebih 15 menit, saya akhirnya tiba di kampus. Gedung-gedung umumnya masih seperti dulu, tetapi interiornya sebagian berubah, terutama kantin mahasiswa yang kini tampak lebih elegan.
Saya terus melangkah . Di sana saya bertemu seorang senior yang kini sudah profesor. Wajahnya tampak lebih tua, dan rambutnya putih total.
Dia sudah menerbitkan hasil risetnya dalam beberapa buku dan artikel jurnal . Diam-diam, saya malu pada diri sendiri. Saya ini hanya penulis kacangan hanya tulisan di Facebook dan di blogger saja!
Kini tiba saatnya ke perpustakaan. Dengan dibantu seorang staf, saya mendaftar sebagai anggota perpustakaan. Kartu saya yang lama, saya tunjukkan. Kata pustakawannya, kartu itu sudah tidak bisa dipakai.
Dia kemudian memasukkan data saya, memfoto saya, lalu memprint kartu baru untuk saya. Kartunya seperti SIM. Saya juga diberitahu, koleksi dikelola perpustakaan pusat.
Melihat orang membaca dan lalu lalang tanpa bicara di perpustakaan ini, membuat gairah ilmiah menyala di dada. Kenangan suka-duka menuntut ilmu di kampus ini hadir dalam ingatan.
Empat tahun saya melewati masa itu. Membaca, mewawancarai orang dan menulis. Entah berapa ratus kali perpustakaan ini saya datangi, saya mampir ke sini.
saya ikut Salat Jumat di masjid kawasan kampus, Secara fisik, masjid ini tidak banyak berubah, dengan ruang salat du a tingkat.
Saya terus menelusuri kenangan. Tujuan pertama adalah pasar tradisional (open market) yang selalu ram ai. Pasar ini nyaris tak berubah, tetap seperti dulu. Pengunjung cukup padat. Ada pengamen yang duduk sopan. Ada penjual sayur, buah, bunga, roti, pakaian dan ikan. Saya pun membeli ikan goreng dan masakan padang kesukaan saya.
Meski agak jauh, saya terus melangkah menuju kost mahasiswa di kleben wirobrajan jogja. Dulu saya tinggal di sini. Ternyata, semua nyaris tak ada perubahan. Jalan yang sama, pohon yang sama, gedung yang sama, dan taman yang sama termasuk para bapak atau ibu kost masih mengenal saya terasa terharu masih terkenal.....hehehehe ( karena sering bikin masalah kompleks)
Saya seolah kembali ke 25 tahun silam, mendayung sepeda bersama teman kost. Saya pun tertegun melihat taman di mana dulu tempat faforit berpacaran hehehe.
Maafkan saya jika cerita ini terkesan narsis dan melankolis. Tetapi mungkin demikianlah hidup manusia.
Ia adalah kumpulan kisah, penggalan-penggalan cerita dalam ingatan dan kenangan.

PELARIAN SAJA


maafkan aku
membuatmu ga suka
bila kau ga suka
bukan maksudku


kau sebagai
pelarian saja
sebagai pembiasan
saat denganmu

aku bukan krnmu
tapi karena dia
maafkan aku
maafkanlah aku

bila kau tak suka
maafkanlah aku
membuatmu ga suka

KAU PERGI


Entah kemana
Kau mninggalknku
hati ini trsakiti

Ga semudah
melupakanmu
rasa ini tersakiti

Ku ingin bahagia
walau dgn dia
aku rela krnmu
ga terlupanmu

Kau slalu dlm hati
yang terdalam

Oh tuhan
tolong aku
hapuskan dia

ENTAHLAH


mungkinkah
tulisanku ini
di lupakan
atau di kenang


banyak yang
kita jalani
dimana saja
hanya berdua
kusebut namamu

di diriku ini
walaupun ku
ga melihat
tp ku rasakan
harimu

walaupun kutak
melihat paras mu
tapi ku bisa
merasakan harimu

janganlah mencoba pergi
percayalah aku tukmu

KEHIDUPAN


Setelah ksulitn
pasti ada kemudahan
pasti akan diberi jalan
& jalan itu pun terbentang
Dia -atas kuasanya-


Telah memberi keberanian
untuk membuat
sebuah keputusan
Putuskn pergi agar
perjumpaan itu
tak lg terjadi

Dan kini bayangn2
tak lagi merajam hati

Rasa itu sekarang
bukan sesuatu yg mnyakitkn

Bukan pula siksaan
yg membuat terkapar

Rasa itu tlh
menjadi kenangan
sekedar hiasan
bagi kehidupan

APA ADANYA


Dg dia/ikhlaskn dia
biarkn skenarioNya yg trjd
Krn meskipn kucinta
ttpi jk blm siap
kau mau apa

Tanda seorng yg mncintai
adalh ketika ku mncintaimu
ttpi blm mndptkn ksiapan
maka ku akn menjauh
Tak mengikatmu
tak mnyuruhmu
mnunggu
Suatu saat
dsaat yg tept
ku akn datang
untk mmprjuangknmu
Nmun jk kau sdh
milik orang lain
Mk ku akn belajar
untk benar2 ikhlas
untk mlepasknmu