TSUNAMI
Daerah Palu dan sekitarnya sejak lama sudah diketahui oleh para ilmuwan sebagai rentan gempa dan tsunami. Berdasarkan data yang dihimpun dari tahun 1820 hingga 2018, telah terjadi 19 kali tsunami di daerah ini. Ironisnya, pada 2011 - 2012 menunjukkan, mayoritas warga Kota Palu tidak mengetahui ancaman tersebut, dan tidak bersiap untuk itu.
Tentu saja, bukan bermaksud menyalahkan korban (blaming the victims). Tugas melindungi ‘seluruh rakyat Indonesia’ adalah tugas negara. Negara kita masih kurang serius dalam upaya mencegah bahaya-bahaya akibat gempa dan tsunami. Alih-alih mengantisipasi yang akan terjadi, kita sepertinya terus-menerus ‘kaget’ dengan bencana-bencana itu, baru kemudian membantu para korban.
Sikap kita itu belum sepenuhnya sejalan dengan iman pada takdir. Tugas manusia bukan saja menerima hukum alam, tetapi juga mempelajarinya untuk kemaslahatan bersama. Memang harus diakui bahwa pengetahuan dan kekuatan manusia itu terbatas. Ini juga takdir. Tetapi dalam keterbatasan itu, manusia punya ruang untuk memilih dan bertindak. Inilah yang disebut ikhtiyâr, menentukan pilihan/keputusan.
Alhasil, takdir meletakkan manusia di antara kekuatan dan kelemahan, pengetahuan dan kebodohan. Kekuatan dan pengetahuan mencegah manusia dari putus asa, sedangkan kelemahan dan kebodohan mencegah manusia dari sombong bertepuk dada. Tugas mendesak saat ini adalah menolong para korban. Setelah itu, kita harus mengantisipasi dan menyiapkan diri menghadapi bencana serupa.
No comments:
Post a Comment