Thursday 27 August 2020

SI MAYA

SI MAYA

Mungkin saya ini orang kolot. Dalam budaya tradisional kita, salah satu bentuk penghormatan pada orang lain adalah memperhatikan dan mendengarkan lawan bicara kita dengan baik. Kawan kita yang modern ini mungkin mengatakan, dia pun memperhatikan lawan bicaranya juga sambil memperhatikan lawan bicara lain di dunia maya. Keduanya dilayani setara. Dia sibuk melayani sini dan sana-mana.

Namun, alasan di atas masih sulit saya terima. Bagi saya, dunia nyata dan dunia maya itu tetap berbeda. Yang satu dekat dan konkret, yang satu lagi jauh dan citra. Karena itu, kita harus mengutamakan yang hadir di depan mata. Jika pun terpaksa, akan lebih sopan jika kita meminta izin kepada lawan bicara di dunia nyata. “Maaf, saya harus balas pesan penting ini dulu,” atau “Maaf, saya angkat telepon ini dulu.”

Mungkin, bagi sebagian kita, adab dan sopan santun menggunakan ponsel di atas kita laksanakan ketika berhadapan dengan orang penting, tetapi tidak kepada teman atau keluarga dekat. Ini masih lumayan. Tetapi dalam jangka panjang mungkin tetap berbahaya. Saya khawatir, rasa empati dalam diri kita mulai terkikis. Kita perlahan tidak bisa lagi memahami perasaan dan pikiran orang lain. Kita menjadi robot!

Lebih dari masalah empati, karena terbiasa dengan multitasking, orang sekarang makin sulit konsentrasi, apalagi dalam waktu yang lama. Kita tidak bisa fokus karena semua ingin kita raih. Kita menjadi serakah dan tidak sabaran, ingin serba cepat dan instan. Akibatnya, hasil yang diperoleh tidak maksimal. Kita lupa bahwa diri kita ini terbatas, dan keterbatasan itu hanya akan maksimal jika dipusatkan/difokuskan.
Di era ponsel pintar ini, multitasking makin membudaya. Empati dan konsentrasi makin tergerus. Yang maya dan citra perlahan mengalahkan yang nyata. Saya khawatir, kita pun makin jauh dari bahagia jika kita tidak waspada!

Http://sigitharjonoufa.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment