BOS
Pejabat, Pemimpin, Ketua atau Bos. idealnya seorang pejabat harus jujur. Orang yang mampu, pintar dan cakap, tentu bisa diandalkan untuk melaksanakan tugas. Tetapi jika dia tidak memiliki kejujuran, dia akan menggunakan kepintaran dan kecakapannya itu untuk kejahatan.
Sebaliknya, orang yang jujur tetapi tidak cakap, tidak akan bisa bekerja dengan baik dan efektif. Dia baik tetapi tidak memperbaiki.
Tuntutan lain terhadap pejabat adalah kesediaan bekerjasama dengan atasan, sesama dan bawahan.
Bagaimanapun, seorang pemimpin akan mengutamakan orang yang mau bekerjasama dengannya. Jangan sampai ibarat ungkapan : diajak naik sampan sama-sama malah menggoyang, tetapi ketika ditinggal melempari. Orang begini berbahaya.
Di satu sisi, mungkin budaya kita yang cenderung ‘memuja’ pejabat patut ditinjau. Perhatikanlah ormas-ormas yang seringkali ribut pada saat pemilihan ketua, tetapi setelah itu tidak banyak kegiatan.
Begitu pula para aktivis mahasiswa yang kadangkala berseteru keras dengan sesama teman gara-gara rebutan jabatan ketua. Kampus pun tak jarang berubah dari civitas-akademika menjadi civitas-politika.
Di sisi lain, ada pula orang baik dan mapan, yang enggan menduduki jabatan karena ingin hidup damai untuk dirinya sendiri dan keluarganya. Dia tidak mau berkorban atau berbuat baik untuk orang banyak. Namun, ketika mengetahui dan merasakan ketidakberesan di lembaganya bekerja atau masyarakat di sekitarnya, dia seringkali mengeluh. Padahal, tanpa kekuasaan, dia tidak akan bisa berbuat banyak.
Alhasil, jabatan tidak hanya perlu ditentukan untuk orang yang tepat pada posisi yang tepat, tetapi juga dilihat fungsi dan kedudukannya secara tepat.
Mungkin Anda berkata, “Ah, itu terlalu ideal!” Anda benar sekali. Kita memang perlu terus-menerus diingatkan tentang yang ideal agar kita tidak pernah berhenti berjuang mewujudkannya dalam kenyataan!
No comments:
Post a Comment