POL ITIK 2
Kata-kata elite politik itu semanis madu, belum tentu keinginan mereka sama dengan keinginan rakyat. Kita tidak pernah tahu apa sebenarnya yang mereka bicarakan dan rundingkan di balik layar. Kita paling hanya bisa menebak-nebak kepentingan masing-masing pihak dan tawar-menawar yang diajukan.
Banyak yang menduga, pertemuan elite politik itu adalah langkah awal untuk bagi-bagi kursi. Memang, mendapatkan kekuasaan melalui jabatan adalah salah satu misi politisi. Kita hanya bisa berharap agar jabatan-jabatan itu diisi oleh orang-orang yang kompeten dan berintegritas, mampu dan jujur. Dengan begitu, janji-janji pemilu akan lebih mudah diwujudkan.
Ada pula yang mengatakan, usai Pemilu ini, para elite politik itu sudah mulai berpikir tentang calon presiden 2024 kelak. Jika benar, berarti mereka itu politisi tulen dan bukan negawaran. Politisi berpikir tentang pemilu yang akan datang, sedangkan negarawan berpikir tentang generasi yang akan datang.
Orang yang fanatik pada kelompok tertentu hanya akan bisa menjadi pemimpin di kelompok itu. Pemimpin untuk semua adalah yang mampu merangkul semua. Yang eksklusif paling-paling hanya diperalat saat pertarungan terjadi dan setelah itu gampang ditinggalkan.
Di sisi lain, sikap lentur dan merangkul bukan berarti semua menjadi serba-boleh dan dikompromikan. Kelenturan dalam bersikap harus diimbangi keteguhan dalam prinsip.
Seorang politisi yang ulung harus mampu mengarahkan semua aspirasi dan kebutuhan orang lain di sekitarnya, termasuk lawan-lawannya, untuk kepentingan yang digariskannya sendiri,
Menjadi politisi itu berat, apa lagi jadi negarawan.
Http://sigitharjonoufa.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment