Thursday 27 August 2020

KUMPUL

KUMPUL

Asas kehidupan kelompok adalah solidaritas dan kepedulian pada sesama. Kelompok melindungi anggota-anggotanya dari gangguan pihak luar. Kelompok juga membangun kepentingan bersama untuk kesejahteraan bersama. Keluarga sebagai ikatan terkuat, akhirnya membangun dinasti. Pada masa modern, orang menyebutnya ‘nepotisme’.

Namun, bukan berarti masyarakat modern tidak berkelompok. Mereka berorganisasi bukan berdasarkan ikatan darah, melainkan berdasarkan kesamaan cita-cita atau profesi. Mereka mendirikan partai politik, yang anggotanya boleh siapa saja, dari keluarga mana saja, asal cocok dengan ideologi partai tersebut. Mereka mendirikan organisasi sosial dan profesi untuk semua orang yang bercita-cita sama.

Fanatisme pada gilirannya melahirkan konflik, terutama disebabkan oleh perebutan kekuasaan dan kepentingan ekonomi. Demi jabatan dan uang, tidak sedikit orang yang mau melakukan apa saja, termasuk mengatasnamakan organisasi dan kelompok. Mereka ini juga tidak segan-segan menebar dan menanamkan kebencian pada kelompok lain yang menjadi pesaing dalam merebut harta dan kuasa itu.

Di era digital dan teknologi ponsel pintar ini, ikatan kelompok itu dapat dibangun secara massif melalui dunia maya. Media sosial merupakan sarana bagi individu untuk masuk dalam jaringan kelompok tertentu. Ketika muncul kepentingan politik dan ekonomi, media sosial itupun berubah menjadi sarana penggalangan kekuatan pihak tertentu, atau medan pertempuran antar pihak-pihak yang bersaing.

Alhasil, kebersamaan manusia itu berwajah ganda. Ketika nafsu kuasa dan harta merajalela, maka kebersamaan itu menyempit dan menghancurkan yang lain. Sebaliknya, ketika kebersamaan itu berlandaskan keadilan dan kebaikan, maka ia menjadi meluas dan merangkul. Nah, bagaimanakah kebersamaan kita ini: Sempit atau luas, tulus atau palsu?

Http://sigitharjonoufa.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment