Thursday 27 August 2020

RAKUS

RAKUS

Demi meraih harta, banyak orang menghalalkan segala cara dan mengorbankan hal-hal yang berharga. Merasa nyaman untuk berkorupsi, memakan riba, berselingkuh, membunuh, mengorbankan tali silaturrahim dan masih banyak yang lainnya.

Berbagai cara ditempuh oleh banyak manusia untuk meraih kedudukan, tanpa peduli benar atau tidaknya cara tersebut. Sogok dan suap dianggap biasa. Sikut menyikut dan menjatuhkan kompetitor merupakan bumbu wajib persaingan. Carmuk (cari muka) dengan berbagi sembako dan uang dinilai sebuah keharusan. Tidak lupa pergi ke dukun dianggap suatu kelaziman.

Jangan mengira bahwa yang diintai fitnah kekuasaan itu hanya para pencari jabatan duniawi saja. Mereka yang berambisi untuk meraih kedudukan yang bersifat agama pun terancam. Rebutan kursi ketua ormas keagamaan, ’jabatan’ pemuka agama, mulai dari tingkat kampung hingga nasional, juga menjadi ajang setan untuk merusak agama manusia.

Harta dan jabatan (kedudukan). Keduanya sering disebut-sebut sebagai dua sekawan yang tak terpisahkan. Harta bisa menghantarkan seseorang kepada posisi atau jabatan tertentu. Bahkan hari ini posisi yang seharusnya diisi secara alami oleh orang-orang berkompeten pun bisa dibeli dengan harta. Posisi atau jabatan pun mampu membuat orang mengeruk harta sebanyak-banyaknya. Tanpa ada rasa puas. Tidak ada rasa malu. Apalagi secuil peduli, perhatian dan keberpihakan terhadap masyarakat.

Ya, seperti itulah daya tarik harta dan kekuasaan. Bisa menggiurkan siapapun. Maka tidak ada jalan lain bagi kita, melainkan untuk terus memohon pertolongan kepada Tuhan agar selalu dipelihara dari fitnah harta dan kekuasaan.

Pada dasarnya permasalahan bukanlah pada jabatan atau harta itu sendiri, akan tetapi pada cara untuk mendapatkannya dan penggunaannya. Apabila benar cara dan penggunaannya, maka akan terpuji. Bila sebaliknya, maka akan tercela.

Semoga kita menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat.

Http://sigitharjonoufa.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment