In telek tual
Serangkaian aktivitas-aktivitas akademik yang kaku, terjebak dalam kesibukan-kesibukan formal, berorientasi ke dalam, ke ruang-ruang privat, sehingga pada akhirnya membuatnya lupa pada peran sentralnya di luar sebagai spirit pembebasan atas segala bentuk problem-problem kerakyatan yang hingga kini terus berdenyut.
Karya intelektual yang kini meriah terbit dan dipublikasikan bukan lagi berorientasi pada lahirnya ide-ide yang baru atau untuk merespons problem-problem material kerakyatan, tetapi malah berorientasi pragmatis: untuk prestise individual, mengejar pangkat akademik, dan seterusnya. Karya-karya intelektual seperti riset ilmiah, makalah populer, atau paper, dalam keadaan seperti ini, akan dikatakan sukses hanya ketika ia sudah dimuat di jurnal-jurnal akademik, atau dipresentasikan di konferensi-konferensi elit-nasional/internasional. Keberhasilan karya-karya tersebut tidak dilihat dari kualitas ide di dalamnya, atau seberapa jauh ide tersebut memberikan kontribusi terhadap problem sekitar, melainkan dari seberapa sering nama penulisnya tercatat dalam "daftar isi" jurnal-jurnal ternama.
Kita dapat menerka lebih jauh bahwa apa yang selama ini kita sebut intelektual, sejatinya lebih tepat disebut anti-intelektual. Betapa tidak, kerja-kerja intelektual hari ini benar-benar menjadi sesuatu yang sangat elitis, yang membuatnya terpental dari dinamika-dinamika sosial-kerakyatan, menjadi aktivitas-aktivitas yang seutuhnya didikte --untuk tidak mengatakan "terpenjara"-- oleh institusi-institusi negara dan perguruan tinggi, yang kini sedang tunduk dan bersimpuh di hadapan "pasar global" --pihak yang sejak dulu memang telah menginjak-injak kedaulatan rakyat kecil yang tinggal di kampung dan pinggir-pinggir kota.
No comments:
Post a Comment