PENGGEMAR
Ketika mengunggah foto, video atau tulisan di media sosial, apa sebenarnya tujuan atau niat kita? Niatnya mungkin berbeda-beda, tergantung pada apa yang diunggah. Mungkin ingin berbagi berita, hiburan atau pikiran. Mungkin ingin berbagi bahagia atau duka. Mungkin pula ingin dipuji, disanjung dan dikagumi. Apakah niat tersebut wajar, pantas, sehat dan baik ataukah sebaliknya?
Secara sosial dan psikologis, manusia memerlukan pengakuan dan penghormatan orang lain. Untuk diakui dan dihormati itu, dia harus dikenal terlebih dahulu.
Kini media sosial memberikan peluang yang seluas-luasnya kepada tiap orang untuk mengenalkan dan menghadirkan dirinya di ruang publik yang terbuka di dunia maya. Dalam hal akses ke ruang publik ini, boleh dikata tiap orang benar-benar setara.
Setiap orang bisa menghadirkan dirinya untuk dikenal, tetapi di sisi lain, sangat sulit untuk menjadi terkenal alias paling dikenal karena terlalu banyak orang yang mengenalkan dan menghadirkan diri. Tiap detik ada orang yang membagi sesuatu di media sosial. Jika semua orang terkenal, pada hakikatnya tidak ada lagi yang “ter” kenal.
Selain itu, apakah kekaguman orang lain adalah tujuan atau sekadar sarana bagi tujuan lain? Jika ia menjadi tujuan itu sendiri, maka akan melahirkan sifat-sifat tercela seperti riyâ’ (pamer), takabbur (sombong) dan ‘ujub (kagum pada diri sendiri). Sebaliknya, jika pujaan publik itu diharapkan menjadi sarana mempermudah bagi dirinya untuk menebar kebaikan, maka keinginannya itu mulia
Hasrat untuk dihargai itu wajar, tetapi hasrat untuk dipuja bagai dewa itu berlebihan. Dikagumi itu memang nikmat, tetapi jika ia menjadi tujuan itu sendiri, lambat laun bisa berubah menjadi laknat. Sungguh berat membersihkan hati dari riyâ’, takabbur dan ‘ujub, teristimewa di era medsos ini!
No comments:
Post a Comment