TEMAN SEJATI
Sahabat sejati itu adalah makhluk yang langka. Ketika kita suka dan jaya, banyak orang yang mau mendekati dan menemani, tetapi ketika kita jatuh dalam kehinaan, sangat sedikit bahkan tidak ada orang yang mau mengenal kita. Apalagi di dunia politik, kawan dan lawan itu tergantung kepentingan. Jangan terlalu berharap ada sahabat yang selalu setia dalam suka dan duka di dunia semacam itu.
Dalam keadaan demikian, pada umumnya orang akan kembali kepada lingkaran kecil dan dekat dalam hidupnya, yaitu keluarganya.
Ia perlu mendapat nasihat dari suami atau isterinya, saudara-saudaranya atau bahkan anak-anaknya. Jika hubungan dalam keluarga itu harmonis, nasihat mereka akan cenderung didengarkan. Bagaimanapun, ada kepercayaan yang lebih tinggi terhadap keluarga dibanding orang luar.
Namun, pada akhirnya, manusia perlu menasihati dirinya sendiri. Dia tak bisa hanya tergantung pada yang dituakan, guru, ulama, atasan, bawahan, yang muda, sahabat yang setara atau keluargannya.
Dia perlu menasihati dirinya sendiri dengan membaca buku-buku yang mengandung hikmat, mendengarkan ceramah atau menonton film. Dia perlu merenung, introspeksi, menghitung baik-buruk diri sendiri.
Alhasil, setiap kita perlu petunjuk dan peringatan dalam hidup. Kita perlu nasihat agar tidak tersesat. Nasihat yang paling diperlukan, kata kitab suci adalah tentang kesabaran dan kebenaran.
Kini kesabaran makin diperlukan untuk menghadapi budaya instan dan ujaran kebencian. Begitu pula, kebenaran sejati sangat penting untuk menghadapi serbuan pencitraan, berita bohong dan fitnah era pasca-kebenaran.
No comments:
Post a Comment